Rabu, 22 Oktober 2014

Teori Bilangan Cina



1.                                                                                                               Sejarah Teori Bilangan Cina
Matematika Cina permulaan adalah berlainan bila dibandingkan dengan yang berasal dari belahan dunia lain, sehingga cukup masuk akal bila dianggap sebagai hasil pengembangan yang mandiri. Tulisan matematika yang dianggap tertua dari Cina adalah Chou Pei Suan Ching, berangka tahun antara 1200 SM sampai 100 SM, meskipun angka tahun 300 SM juga cukup masuk akal.
Hal yang menjadi catatan khusus dari penggunaan matematika Cina adalah sistem notasi posisional bilangan desimal, yang disebut pula "bilangan batang" di mana sandi-sandi yang berbeda digunakan untuk bilangan-bilangan antara 1 dan 10, dan sandi-sandi lainnya sebagai perpangkatan dari sepuluh. Dengan demikian, bilangan 123 ditulis menggunakan lambang untuk "1", diikuti oleh lambang untuk "100", kemudian lambang untuk "2" diikuti lambang untuk "10", diikuti oleh lambang untuk "3". Cara seperti inilah yang menjadi sistem bilangan yang paling canggih di dunia pada saat itu, mungkin digunakan beberapa abad sebelum periode masehi dan tentunya sebelum dikembangkannya sistem bilangan India. Bilangan batang memungkinkan penyajian bilangan sebesar yang diinginkan dan memungkinkan perhitungan yang dilakukan pada suan pan, atau (sempoa Cina). Tanggal penemuan suan pan tidaklah pasti, tetapi tulisan terdini berasal dari tahun 190 M, di dalam Catatan Tambahan tentang Seni Gambar karya Xu Yue.
Karya tertua yang masih terawat mengenai geometri di Cina berasal dari peraturan kanonik filsafat Mohisme kira-kira tahun 330 SM, yang disusun oleh para pengikut Mozi (470–390 SM). Mo Jing menjelaskan berbagai aspek dari banyak disiplin yang berkaitan dengan ilmu fisika, dan juga memberikan sedikit kekayaan informasi matematika.
Pada tahun 212 SM, Kaisar Qín Shǐ Huáng (Shi Huang-ti) memerintahkan semua buku di dalam Kekaisaran Qin selain daripada yang resmi diakui pemerintah haruslah dibakar. Dekret ini tidak dihiraukan secara umum, tetapi akibat dari perintah ini adalah begitu sedikitnya informasi tentang matematika Cina kuno yang terpelihara yang berasal dari zaman sebelum itu. Setelah pembakaran buku pada tahun 212 SM, dinasti Han (202 SM–220 M) menghasilkan karya matematika yang barangkali sebagai perluasan dari karya-karya yang kini sudah hilang. Yang terpenting dari semua ini adalah Sembilan Bab tentang Seni Matematika, judul lengkap yang muncul dari tahun 179 M, tetapi wujud sebagai bagian di bawah judul yang berbeda. Ia terdiri dari 246 soal kata yang melibatkan pertanian, perdagangan, pengerjaan geometri yang menggambarkan rentang ketinggian dan perbandingan dimensi untuk menara pagoda Cina, teknik, survey, dan bahan-bahan segitiga siku-siku dan π. Ia juga menggunakan prinsip Cavalieri tentang volume lebih dari seribu tahun sebelum Cavalieri mengajukannya di Barat. Ia menciptakan bukti matematika untuk teorema Pythagoras, dan rumus matematika untuk eliminasi Gauss. Liu Hui memberikan komentarnya pada karya ini pada abad ke-3 M.
Zhang Heng (78–139)

Sebagai tambahan, karya-karya matematika dari astronom Han dan penemu Zhang Heng (78–139) memiliki perumusan untuk pi juga, yang berbeda dari cara perhitungan yang dilakukan oleh Liu Hui. Zhang Heng menggunakan rumus pi-nya untuk menentukan volume bola. Juga terdapat karya tertulis dari matematikawan dan teoriwan musikJing Fang (78–37 SM); dengan menggunakan koma Pythagoras, Jing mengamati bahwa 53 perlimaan sempurna menghampiri 31 oktaf. Ini kemudian mengarah pada penemuan 53 temperamen sama, dan tidak pernah dihitung dengan tepat di tempat lain hingga seorang Jerman, Nicholas Mercator melakukannya pada abad ke-17.
Bangsa Cina juga membuat penggunaan diagram kombinatorial kompleks yang dikenal sebagai kotak ajaib dan lingkaran ajaib, dijelaskan di zaman kuno dan disempurnakan oleh Yang Hui (1238–1398 M). Zu Chongzhi (abad ke-5) dari Dinasti Selatan dan Utara menghitung nilai pi sampai tujuh tempat desimal, yang bertahan menjadi nilai pi paling akurat selama hampir 1.000 tahun.
Bahkan setelah matematika Eropa mulai mencapai kecemerlangannya pada masa Renaisans, matematika Eropa dan Cina adalah tradisi yang saling terpisah, dengan menurunnya hasil matematika Cina secara signifikan, hingga para misionaris Jesuit seperti Matteo Ricci membawa gagasan-gagasan matematika kembali dan kemudian di antara dua kebudayaan dari abad ke-16 sampai abad ke-18.

1.      Sistem Penomoran Cina
Orang China menggunakan 3 sistem penomoran yaitu : satu menggunakan penomoran Hindu-Arabic, dan dua lainnya menggunakan penomoran bilangan asli  => satu untuk penulisan sehari-hari(penomoran sederhana), dan satu lagi digunakan untuk komersil dan dalam konteks financial(penomoran kompeks). Yang terakhir ini digunakan pada cek dan bentuk transaksi lainnya karena lebih sulit untuk diubah. Sebetulnya ini sama saja dengan menuliskan ‘satu’, ‘dua’, ‘tiga’, dst dibandingkan dengan menuliskan ‘1’, ‘2’, ‘3’, dst….
Sistem angka Cina-Jepang ( 200 SM)
Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 S.M. Bangsa Cina menuliskan angka-angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana        bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka Cina disebut dengan sistem “batang”, mempunyai nilai tempat, berkembang sekitar 213 SM. Bangsa Cina menggunakan tiga sistem penomoran, yaitu: sistem Hindu-Arab, dan dua lainnya menggunakan penomoran bilangan setempat (disebut Daxie) yang dibedakan untuk keperluan komersil dan financial demi menghindari pemalsuan.
Adapun Jepang, juga menggunakan sistem angka Cina, meskipun berbeda dalam pelafalannya. Setelah kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi Eropa, sistem angka Arab mulai digunakan. Pada sistem bilangan bahasa Jepang, angka dibagi menjadi kelompok 4 digit. Jadi bilangan seperti 10.000.000 (sepuluh juta) sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu puluh-ribu). Hanya saja, karena pengaruh dunia barat angka selalu ditulis dengan pengelompokan 3 digit gaya barat.
Sistem angka Cina-Jepang bersifat multipikatif, yaitu suatu sistem dengan basis b (b=10) dan memilih lambang 1, 2, 3, ……., b-1 serta lambang lain untuk b, b2b3, …., serta tidak mempunyai lambang untuk nol, mempunyai nilai tempat serta dituliskan secara tegak. 
Karena itu, penulisan ini dimaknai sebagai berikut:
5625 = 5 1000 + 6 100 + 2 10 +5
Angka-angkanya posisional. Notasi numerik penuh dituliskan di dalam dua baris untuk menunjukkan nilai-nilai numerik, orde besaran, dan satuan pengukuran.
Bila ditulis mendatar (kiri ke kanan, atas ke bawah):


Bila ditulis tegak (atas ke bawah, kanan ke kiri):




Baris pertama berisi nilai-nilai numerik, di dalam contoh ini, "〤〇〢二" mewakili "4.022". Bari kedua berisi karakter Cina yang mewakili orde besaran dan satuan pengukuran angka pertama di dalam penyajian numerik. Di dalam kasus ini "拾元" yang mewakili "sepuluh yuan". Ketika diletakkan bersama-sama, maka dibacanya "40,22 yuan".
Karakter yang mungkin untuk menunjukkan orde besaran di antaranya:
·                      qiān () untuk ribuan
·                      bái () untuk ratusan
·                      shí () untuk puluhan
·                      kosong untuk satuan
Karakter yang mungkin lainnya untuk menunjukkan satuan pengukuran di antaranya:
·                      yuán () untuk dollar
·                      máo () atau () untuk 10 sen
·                      xiān () untuk 1 sen
·                      lǐ () untuk mil Cina
·                      lainnya Satuan pengukuran Cina
Ketahuilah bahwa koma desimal adalah tersirat (implisit) ketika angka pertama adalah himpunan pada posisi sepuluh. Nol disajikan oleh karakter untuk nol (). Di sistem ini, nol di muka tidak diperlukan.
Ini sangat mirip dengan bilangan bernotasi ilmiah modern untuk titik ambang di mana angka yang signifikan disajikan di dalam mantissa dan orde besaran dinyatakan dengan eksponen. Juga, satuan pengukuran, dengan indikator angka pertama, biasanya bersekutu dengan pertengahan baris "bilangan".
2.      Simbol atau Lambang Bilangan Cina

Orang China juga memiliki beberapa cara lain untuk merepresentasikan bilangan. Bentuk geometrik di bawah ini melambangkan angka dari 1 hingga 10. Cara penomoran ini dinamakan Fang Da Zhuan, dan masih digunakan pada stempel resmi.

                           Gambar 1.9

Orang Cina Kuno menulis bilangan dengan membuat garis-garis seperti batang, seperti tampak pada gambar 1.9

Sistem Perkalian
Basis bilangan : b
Simbol : 1, 2, 3, ... (b-1) => basis b digunakan huruf sebagai simbol
Example :
Basis : 10
Simbol : 1, 2, 3, ...9
Maka bilangan dari 10, 102, 103 bersimbol a, b, c
2993 = 2.103 + 9.102 + 9.10 + 3 = 2c9b9a3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar